Batang – Para peserta didik baru SMK PGRI Batang mulai bersiap menjadi pelajar seutuhnya dengan mengikuti Pembelajaran Tatap Muka (PTM) menggunakan metode Kurikulum Merdeka.
324 peserta didik baru pun disiapkan mentalnya, sebelum memasuki Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI), melalui peran para guru tamu yang berkompeten dari sejumlah perusahaan terkemuka.
SMK PGRI Batang menghadirkan 4 DUDI yakni, PT. Batang Apparel Indonesia (BAI), Ramaya, Koperasi Pengusaha Batik Setono dan AHASS Cendana Wangi Batang, yang siap membimbing peserta didik yang terbagi dalam jurusan Teknik Otomotif, Pemasaran, Akuntansi dan Tata Busana.
Kepala SMK PGRI Batang Astika Rahmi Diyah Utami menyampaikan, materi yang disampaikan dari para guru tamu tersebut, semakin memantapkan mental mereka bahwa jurusan yang dipilih sesuai dengan bakat yang dimilikinya.
Baca juga:
Jarimatika Perkalian Super Mudah
|
“Siswa-siswi kelas X ini kan sudah menggunakan Kurikulum Merdeka, sehingga peserta didik belajar sesuai minat dan bakatnya, ” katanya, saat ditemui di ruang kelas, SMK PGRI Batang, Kabupaten Batang, Jumat (15/7/2022).
Ada sedikit perbedaan jika pada Kurikulum 2013 anak diajarkan pendidikan karakter. Namun Kurikulum Merdeka lebih mengedepankan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
“Peserta didik baru akan mengeksplorasi potensi daerah, kearifan lokal dan bidang pekerjaan yang diminatinya, ” tegasnya.
Ia memastikan, peserta didiknya lebih siap menghadapi hadirnya Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) karena sudah terjalin kemitraan yang baik dengan PT. BAI.
Baca juga:
Pengertian Blog, Struktur Umum dan Jenisnya
|
“Khusus di jurusan Tata Busana tahun 2021 ada 24 anak yang sudah terserap menjadi karyawan di sana. Tapi kami juga menyiapkan Training Center bagi anak-anak di luar jurusan tersebut bahkan alumni sebanyak 1.200 dilatih untuk dikirim ke PT. BAI, ” jelasnya.
SMK PGRI juga berupaya maksimal agar anak didiknya siap bersaing di era 4.0. Untuk mendapatkan kompetensi yang maksimal, anak harus mempraktikkan langsung termasuk sisi kedisiplinan hanya bisa diperoleh di institusi pendidikan.
Manajer HRD PT. BAI, M. Fajar Ismoyo mengatakan, untuk menjadi tenaga kerja yang kompeten, perlu menyiapkan standar baku yang diharapkan dari tenaga kerja.
“Mereka yang masuk ke perusahaan dilatih sesuai standar yang ditentukan, sehingga menjadi operator yang berkompeten, ” tegasnya.
Perusahaan juga bersinergi dengan institusi pendidikan, yakni menyesuaikan kurikulum dunia industri dengan kurikulum pendidikan.
“Jika keduanya sama, saya yakin bibit-bibit karyawan berkompeten mudah ditemukan sesuai harapan. Langkah akhirnya tinggal dilakukan tes secara berkelanjutan pada siswa yang sudah bersinergi dengan DUDI, ” ungkapnya.
Terkait KITB, ia mengapresiasi karena dampaknya akan menyerap banyak tenaga kerja lokal.
“Banyak pekerjaan rumah yang harus dituntaskan. Harus ada pemetaan jenis industri atau perusahaan yang akan masuk, tentukan spesifikasi karyawan yang dibutuhkan dan disinergikan dengan seluruh SMK maupun Balai Latihan Kerja (BLK) di Batang, ” ujar dia.
Lutfi Adam